Pengaruh dan dampak Game bagi Otak

Para peneliti menunjukan bahwa game bisa mengubah cara kerja otak, dan disini akan dijelaskan perubahan apa saja yang terjadi.Game komputer masa kini punya tema yang mendukung insting kita bertahan, berkuasa, dan perasaan emosional lainnya. Designer game pada saat ini mempunyai cara tersendiri dalam menciptakan sebuah dunia yang menarik dengan tantangannya yang mampu merangsang otak agar bisa mempengaruhi kemampuan untuk menghabiskan waktu dan energi anda dalam menjalani sebuah game.

Bagaimana otak dapat dipengaruhi oleh game?
a. Frontal lobe
ini adalah bagian yang akan bekerja saat anda bermain game strategi. Frontal lobe-lah yang mengenali apakah perbuatan yang anda lakukan baik atau tida. Bagian ini juga akan mencegah perilaku anti sosial.
b. Parietal lobe
parietal lobe menumpulkan berbagai informasi yang berada di bagian apapun di otak anda dan menggabungkan sehinga anda bisa memperhitungkan jarak serta menggunakan suatu objek.
c. Temporal lobe
fungsi utamanya adalah untuk berbicara yang mungkin tidak akan banyak membantu saat bermain game, namun bagian ini merupakan kunci untuk memori jangka panjang.
d. Occipital lobe
bagian ini adalah tempat pusat dimana proses visualisasi dan visuospatial berjalan. Occipital lobe juga bekerja untuk anda agar bisa membedakan warna dan persepsi gerak.
Rekomendasi 5 game yang dapat meningkatkan kinerja otak adalah
1. Portal
Kemampuan memperhitungkan jarak sangat penting saat bermain game, begitu pula di portal walaupun anda bisa menyelesaikan tantangan yang ada melalui teleport. Penelitian terbaru yang dilakukan di vanderbilt university membuktikan bahwa dengan bermain game selama 10 jam maka kemampuan navigasi anda akan menjadi lebih baik. Portal adalah salah satu game yang bagus untuk itu
2. Braid
Tidak ada game yang melatih otak seperti braid. Dengan kemampuan sederhana untuk memundurkan waktu, dunia yang ada di dalam game ini punya beberapa keanehan seperti benda-benda yang tak berpengaruh saat waktu mundur dan gerakan yang mengikuti alur waktu. Terakhir, anda akan menghadapi teka-teki yang mungkin terasa sulit jika ada di awal game.
3. Tetris
Tidak hanya memperkuat struktur sel di dalam otak, penelitian terkiniyang di lakukan universitas oxford menunjukan bahwa tetris bisa membantu mengatasi efek traumatis dengan menyibukan bagian otak yang terpengaruh oleh kejadian traumatik tersebut sehingga lama-kelamaan anda bisa melupakannya.
4. Supreme commander
Ada suatu titik di game-game strategi di mana daerah kekuasaan anda begitu luas dan kompleksitasnya sangat tinggi dan hanya bisa bergantung pada otak anda sendiri. Supreme commander benar-benar menguji kemampuan anda hingga batasnya untuk mengatur ekonomi dan merespon lebih cepat untuk mengatur unit anda. Inilah olahraga otak sejati.
5. Audiosurf
Musik sudah terbukti bisa memperbaiki kinerja otak seperti memperkuat memori. Tidak ada lagi game yang lebih baik dari audiosurf untuk mendapatkan manfaat musik. Melalui game ini, anda akan menggunakan bagian otak anda lebih banyak dibandingkan hanya dengan mendengarkan musik biasa karena keterampilan anda juga bisa digunakan disini.
"Dampak Game Online Terhadap Kehidupan Seseorang"

1.      Dampak Positif Game Online terhadap kehidupan seseorang
Berikut dampak positif dari game online yang kami dapat dari berbagai sumber :
a. Membuat orang pintar. Penelitian di Manchester University dan Central Lanchashire University membuktikan bahwa gamer yang bermain game 18 jam per minggu (rata-rata 2.5 jam/hari) memiliki koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang juga setara dengan kemampuan atlet.
b. Meningkatkan konsentrasi. Dr. Jo Bryce, kepala penelitian di suatu universitas di Iggris menemukan bahwa gamer sejati punya daya konsentrasi tinggi yang memungkinkan mereka mampu menuntaskan beberapa tugas hidup mereka.
c. Ketajaman mata yang lebih cepat. Penelitian di Rochester University mengungkapkan bahwa anak-anak yang memainkan game action secara teratur memiliki ketajaman mata yang lebih cepat daripada mereka yang tidak terbiasa bermain game.
d.Meningkatkan kinerja otak dan memacu otak dalam menerima cerita. Sama halnya dengan belajar, bermain game yang tidak berlebihan dapat meningkatkan kinerja otak bahkan memiliki kapasitas jenuh yang lebih sedikit dibandingkan dengan belajar dan membaca buku.
e.Meningkatkan kemampuan membaca. Psikolog di Finland University menyatakan bahwa video game bisa membantu anak-anak untuk meningkatkan kemampuan baca mereka. Jadi, keluhan soal bermain game yang dapat menurunkan budaya membaca tidaklah beralasan.
f. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Riset di Indonesia membuktikan bahwa banyak pria yang mahir bahasa Inggris di sekolah ataupun di universitas tanpa melalui kursus adalah mereka yang suka bermain game.
g. Membantu bersosialisasi. Beberapa profesor di Loyola University, Chicago telah mengadakan penelitian dan menurut mereka game online dapat menumbuhkan interaksi sosial yang menentang stereotip gamer yang terisolasi. friendship, brotherhood, organisasi (guild), menghadapi conflict bersama (guild wars), managing people (jika menjadi guild leader), kontrol emosi, politik, dsb.
h.Mengusir stres!!! Para peneliti di Indiana University menjelaskan bahwa bermain game dapat mengendurkan ketegangan syaraf. Jelas aja daripada berantem mendingan berantem lewat game, darahnya bohongan, senjata bohongan, semuanya serba bohongan, buat apa kita hidup di jaman digital kalau tidak memanfaatkannya.
i. Memulihkan kondisi tubuh. Dr. Mark Griffiths, psikolog di Nottingham Trent University melakukan penelitian sejauh mana manfaat game dalam terapi fisik.
j. Meningkatkan kecepatan dalam mengetik, karena beberapa game online mengharuskan player untuk mengetik ketika berkomunikasi dengan lawan bicara.

2.     Dampak Negatif dari Game Online terhadap kehidupan seseorang

Berikut dampak negatif dari game online yang kami dapat dari berbagai sumber :
a. Menimbulkan efek ketagihan, yang berakibat melalaikan kehidupan nyata. Inilah masalah sebenarnya yang dihadapi oleh para gamer yang intinya adalah pengendalian diri. Dan juga efek ketagihan semacam ini dapat memicu perilaku negatif seperti mencuri uang untuk membeli game baru, bolos sekolah, malas mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau rasa tak tenang saat tidak dapat bermain games.
b. Kehidupan real menjadi berantakan, seperti nilai pelajaran, tugas kampus, dipecat, dsb.
c. Membuat orang menjadi bodoh. Orang berpikir terlalu pendek karena jalan main game yang ia mainkan. Ada salah satu kasus, seseorang membunuh seorang sopir taksi karena orang itu menginginkan uang dari sopir taksi itu untuk bermain game. Game kesukaannya adalah GTA.
d. Membuat orang terisolisir dengan lingkungan sekitar. Ini adalah efek karena terlalu seringnya bermain game sehingga lupa akan kehidupan nyatanya.
e.  Mengganggu kesehatan. Karena seseorang yang bermain game dalam waktu sangat lama ia hanya melakukan kegiatan pasif  dan juga bila seseorang bermain game dengan tingkat ketergantungan yang tinggi dan posisi duduk yang salah saat bermain games dikawatirkan seseorang itu akan mengidap  Repetitive Strain Injury (RSI) atau nyeri sendi.
f. Mengakibatkan pola makan dan tidur yang tidak teratur sehingga mudah terserang penyakit.
Jika terlalu sering akan menimbulkan pengaruh psikologis. Menghayal dan pikiran yang selalu tertuju pada game adalah efek negative yang ditimbulkannya. Mempengaruhi pola piker dan tingkah laku
g.  Pemborosan, Jika game online telah menjadi candu. Karena jika seseorang telah kecaduan, ia dapat mengorbankan apapun demi keinginannya.

Pengaruh Game Online Terhadap Kinerja Otak
Akio Mori seorang professor dari Tokyo’s nihon university melakukan riset mengenai dampak game online pada aktifitas otak. Dari penelitian Akio Mori tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 2 poin penting. yaitu
Penurunan aktivitas gelombang otak depan yang memiliki peranan sangat penting, dengan  pengendalian emosi dan agresivitas sehingga mereka cepat mengalami perubahan mood, seperti mudah marah, mengalami masalah dalam hubungan social, dsb.
penurunan aktifitas gelombang beta yang merupakan efek jangka panjang yang tetap berlangsung meskipun mereka tidak sedang bermain game. Dengan kata lain para gamer mengalami “autonomic nerves” yaitu tubuh mengalami pengelabuan kondisi dimana sekresi adrenalin meningkat, sehingga denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen terpacu untuk meningkat.

Dari kedua dampak yang akio mori jelaskan tersebut sudah pasti akan menghambat proses belajar anak. Karena dengan adanya penurunan-penurunan gelombang pada tubuh tersebut  menyebabkan gangguan dalam jangka pendek maupun panjang, tidak hanya dari segi psikologinya tetapi juga dari kesehatannya, Sehingga prestasi-prestasi yang seharusnya sudah tercapai menjadi terhambat ataupun menjadi tak tersampaikan, malah terkadang mereka menjadi lebih bodoh dari sebelumnya ataupun mereka menjadi terpuruk dalam segi pendidikan.
Begitu banyak orang tua siswa yang mengeluh karena anak-anaknya kecanduan untuk bermain game online, dan meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka sebagai anak yg baik,siswa ataupun sebagai anak yang taat beragama, namun tak hanya keluhan,adapula orang tua siswa yang bangga terhadap anak mereka karena meski mereka senang bermain game online mereka juga berprestasi dan melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka baik sebagai seorang anak,siswa ataupun sebagai anak yang taat beragama, berikut di bawah ini contoh siswa yang gemar bermain game online yang juga berprestasi di bidang mereka:
Briliyan S. A., berusia16 tahun dari Sleman, Yogyakarta, Juara Lomba Karya Ilmiah Tingkat Propinsi – DIY
Cornelia Petrabella, berusia16 tahun dari Jakarta, Juara berbagai kompetisi Cheerleaders& Modern Dance, & Juara English Written Competition Tingkat Propinsi
Jessica Dian Kartika, berusia16 tahun dari Semarang, Juara Favorit packaging desain Nasional, Penulis & Tim Produksi Film

Efek Game Terhadap Otak
DISADARI atau tidak, komputer telah mengubah kehidupan manusia modern dalam kehidupan  sehari-hari, termasuk bagaimana menghibur diri sendiri. Komputer juga telah mengubah cara belajar, misalnya dengan game yang bukan sekadar mainan tanpa manfaat. Salah satu video game yang populer adalah Tetris. Sebuah game di mana ubin dengan berbagai bentuk dijatuhkan dan pemain harus menyusunnya sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin tidak ada ruang kosong.
PENURUNAN gelombang beta yang besar terjadi jika orang lebih banyak bermain video game. Beberapa studi melaporkan bahwa bermain video game dapat meningkatkan kecepatan detak jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen cukup signifikan.* DOK.”PR”.

Di awal tahun 1990-an Richard Haier, seorang profesor psikologi dari University of California, Amerika Serikat, memantau cerebral glucose metabolic rates di otak pemain Tetris menggunakan PET scanner. Rate glukosa menunjukkan berapa banyak energi yang dikunsumsi oleh otak sehingga secara garis besar memperlihatkan seberapa keras otak bekerja. Haier mengukur level glukosa pemain Tetris pemula ketika sedang ‘sibuk’ mengatur susunan ubin jatuh dalam permainan tersebut. 
Kemudian level ini diukur kembali beberapa bulan berikutnya untuk pemain yang teratur bermain Tetris. Hasilnya, meski level kesulitan game Tetris bertambah dalam skala 7, level glukosanya malah semakin turun. Artinya, kenaikan kesulitan dalam game melatih pemain secara mental memanipulasi kesulitan mengatur balok-balok Tetris menjadi terasa lebih mudah. Akibatnya, kerja otak menjadi lebih ringan. Jadi, sangat mungkin anak yang kesulitan pelajaran matematika, misalnya, akan menjadi lebih terbiasa dan menganggap mudah, apabila dia sering berlatih game matematika.
Efek negative
Penelitian efek video game pada otak menjadi demikian populer seiring dengan persentase pemain dari anak-anak maupun orang dewasa yang terus meningkat. Game yang tersedia di pasaran memang bervariasi mulai dari catur yang membutuhkan logika, balap mobil, petualangan, hingga pertempuran senjata dan strategi perang. Selain memberikan efek positif seperti merangsang kerja otak dan refleknya hingga menjadi lebih cerdik, serta meningkatkan koordinasi antara mata dan jari, efek negatif di luar manfaat yang diberikan juga terjadi. Beberapa orang percaya bahwa aksi kekerasan di video game atau media lain bisa mendorong perilaku yang tidak baik juga bagi pemainnya.
Beberapa studi menyimpulkan bahwa orang yang bermain game adegan kekerasan menjadi lebih agresif dan berpeluang untuk melakukan tindak kekerasan, serta berkurangnya perasaan ingin menolong sesama. Akan tetapi, kritikus juga berpendapat bahwa bukan game tersebut yang mengubah perilaku, tetapi memang sejak awal pemain tersebut punya kecenderungan bertindak kasar. Untuk itu, seorang ahli psikologi, Bruce Bartholow dari Universitas Missouri-Columbia, AS, dan koleganya menemukan bahwa orang yang bermain game kekerasan menunjukkan respons otak yang berkurang terhadap gambar kekejaman yang asli seperti pertempuran senjata. Respons otak yang berkurang ini tidak terjadi ketika dihadapkan pada sebuah gambar yang menggugah emosi seperti hewan mati atau anak sakit. Menurutnya, mungkin hal ini berhubungan dengan kecenderungan berkelakukan keras.
Pengamatan unik lainnya juga pernah dilakukan untuk melihat bagaimana efek video game terhadap pemain. Sepasang kakak beradik memainkan sebuah game perlombaan balap mobil. Sama sekali bukan game yang mengandung nilai kekejaman atau kekasaran perilaku. Si adik memenangkan pertandingan ini. Tiba-tiba sang kakak berdiri dan memukul si adik sambil marah-marah. Keesokan harinya si adik bermain sendirian dengan jenis permainan lainnya. Kali ini ia gagal menyelesaikan satu level game. Karena jengkel, ia melempar game controler-nya dan berteriak pada layar TV “Kenapa kamu lakukan ini padaku?”.
Gelombang Beta
Lucu memang, video game bisa membuat orang jadi ‘bete’ dan bertindak kasar. Bahkan di sebuah pusat permainan game dengan koin, seseorang yang frustrasi karena gemas dengan kekalahannya memukul mesin game dan tak peduli lagi dengan sikapnya yang sangat memalukan. Apa yang terjadi di otaknya sehingga tindakan seperti itu ia lakukan ketika sedang jengkel hanya karena video game yang cuma kehidupan ‘bohongan’?
Berkaitan dengan hal itu, seorang profesor dari Tokyo’s Nihon University memimpin penelitian dengan mengamati efek video game terhadap aktivitas otak. Dengan 260 responden yang dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing adalah kelompok yang jarang bermain video game, kelompok yang bermain video game 1-3 jam dengan frekuensi 3-4 kali dalam seminggu, dan terakhir kelompok yang bermain 2-7 jam setiap hari. Ia memonitor gelombang beta yang mengindikasikan otak sedang aktif bekerja, kemudian tingkat ketegangan yang terjadi di area prefrontal otak, dan terakhir gelombang alfa yang muncul saat otak sedang beristirahat.
Hasilnya menunjukkan, penurunan gelombang beta yang besar terjadi jika orang lebih banyak bermain video game. Aktivitas gelombang beta pada kelompok yang bermain game 2-7 jam setiap hari hampir mendekati nol, bahkan ketika mereka sedang tidak bermain game. Selain itu, pengamatan ini menunjukkan bahwa mereka banyak menggunakan area prefrontal otaknya. Beberapa responden dari kelompok ini menyampaikan bahwa mereka mudah marah, sulit berkonsentrasi, dan punya persoalan bergaul dengan seluruh teman-temannya serta sulit untuk berteman.
Dua poin pentingnya adalah bahwa penurunan aktivitas gelombang beta dan penggunaan area prefrontal otak bisa jadi berkorelasi terhadap perilaku agresif. Berikutnya, penurunan gelombang beta masih terus terjadi meski sudah berhenti bermain bahkan saat perangkat telah dimatikan, yang artinya efeknya masih bertahan. Jika memang otak dapat dipengaruhi oleh video game sehingga menciptakan perubahan perilaku, apakah itu berarti bahwa otak menganggap game sebagai sesuatu yang riil?

Sikap Bijaksana
Ketika sedang di tengah-tengah permainan yang seru, sering kali kita diliputi rasa takut, sungguh-sungguh memberikan perhatian, dan menjadi tegang. Menurut Akio Mori, hal ini bisa membawa efek panjang terhadap saraf refleks yang berkaitan dengan proses bawah sadar seperti bernapas dan kecepatan detak jantung. Kecepatan detak jantung sendiri dapat berubah dengan sinyal elektrik dari pusat emosi di otak atau oleh sinyal dari hormon sebagai pembawa pesan yang bersifat kimiawi. Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ini dihasilkan dari kelenjar adrenal sebagai respons ketika bahaya datang. Untuk yang satu ini, tentu sering kita alami di saat takut ketemu ular, takut ketinggian, dan ketakutan yang lain.
Beberapa studi melaporkan bahwa bermain video game dapat meningkatkan kecepatan detak jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen cukup signifikan. Dengan kata lain, jika kecepatan detak jantung yang meningkat terjadi ketika bermain video game, artinya otak merespons video game seolah tubuh betul-betul dalam keadaan terancam.
Dengan segala keterbatasan manusia, kesimpulan dari penelitian-penelitian tersebut belum bisa dikatakan benar secara mutlak. Akan tetapi, tidak ada salahnya dijadikan sebagai salah satu referensi. Apa pun efek yang menyertai ketika seseorang bermain game hendaknya disikapi secara bijaksana. Tidak semua game menampilkan adegan kekerasan dan tidak semua orang peduli secara berlebihan pada kekalahannya saat bermain. Yang justru perlu diwaspadai adalah apabila hobi ini membuat lalai atas kewajiban bekerja, belajar, dan beribadah.

Ingin Tingkatkan Kinerja Otak? Cobalah Bermain Game Non-action
Jakarta, Bermain video game di handphone dapat menawarkan hiburan tersendiri bagi seseorang. Pilihan permainan yang tepat dan tidak mengandung unsur kekerasan, diketahui bermanfaat meningkatkan kinerja otak.
Peneliti dari Nanyang Technological University di Singapura menemukan bahwa game mobile yang lebih santai dan non-action dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Sebelumnya, telah banyak studi yang mempelajari tentang game yang mengandung unsur action atau kekerasan, sedangkan studi ini adalah yang pertama kali mempelajari tentang pengaruh game non-action terhadap otak.
“Kami juga memfokuskan penelitian terhadap game yang dimainkan melalui ponsel pintar (smartphone) dan bukan pada komputer atau game konsol,” kata Michael D. Patterson, PhD, asisten profesor di Nanyang Technological University di Singapura, yang menulis studi tersebut, seperti ditulis Everyday Health, Kamis (14/3/2013).
Studi ini ingin menemukan implikasi tentang bagaimana orang menggunakan video game sebagai pelatihan. Artinya seseorang bebas memainkan game di mana pun, seperti saat menunggu bus dan tidak harus berkutat dengan komputer di dalam murah.
Peneliti membagi peserta penelitian secara acak untuk memilih permainan yang disukainya baik itu action atau non-action. Peserta yang memilih permainan non-action disediakan game yang mengandalkan memori dan bukan kecepatan reaksi, seperti ‘The Sims 3’ yang merupakan game simulasi kehidupan.
Peserta kemudian ditugaskan untuk bermain selama satu jam sehari, lima hari seminggu, selama satu bulan. Peneliti menemukan bahwa keterampilan berpikir masing-masing peserta didorong oleh pelatihan yang tergantung pada jenis permainan yang dipilihnya.
Berbeda dengan game ‘action’ yang membutuhkan reaksi cepat dan kewaspadaan visual yang lebih tinggi untuk melacak keberadaan musuh, game non-action seperti puzzle umumnya tidak memerlukan reaksi cepat. Oleh karena itu, game action dapat membuat seseorang mampu mengabaikan hal-hal di sekitarnya yang menurutnya sebagai gangguan atau pemecah konsentrasi permainan.
Sedangkan bermain game non-action justru dapat meningkatkan kemampuan untuk memilah gangguan tersebut tanpa memiliki efek negatif dari game action, termasuk agresivitas.
Pengaruh Baik Internet Terhadap Kinerja Otak
Bagi orang-orang paruh baya dan orang tua, penggunaan internet membantu meningkatkan daya otak, demikian para peneliti menyarankan. sebuah tim dari University of California Los Angeles menyatakan bahwa “searching” di Web dapat menstimulasi pusat-pusat otak yang mengontrol pengambilan keputusan dan Pemikiran-pemikiran yang kompleks.
Para peneliti juga mengatakan, ini bahkan dapat membantu “Melawan” perubahan psikological yang berhubungan dengan usia yang menyebabkan menurunnya kinerja otak. Hasil penelitian ini tercantum di dalam American Journal of Geriatric Psychiatry.
Ketika usia bertambah, sejumlah perubahan di otak pun terjadi, termasuk penyusutan dan penurunan aktivitas sel yang dapat mempengaruhi kinerja otak. Pendapat yang telah diketahui umum adalah, bahwa beberapa kegiatan dapat tetap menjaga keaktifan/kerja otak, contohnya seperti mengisi teka-teki silang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa surfing web merupakan bagian dari kegiatan bermanfaat tersebut. 
Pemimpin peneliti-Profesor Gary Small-mengatakan: “Hasil studi tersebut mendorong dan memunculkan teknologi-teknologi komputer yang memiliki pengaruh psikologis dan manfaat potensial bagi orang usia paruh baya dan orang-orang tua. searching di Internet melibatkan aktivitas otak yang rumit, yang dapat membantu latihan dan meningkatkan fungsi otak”. Penelitian terbaru tersebut dilakukan pada 24 relawan yang berusia antara 55 dan 76. Setengah darinya merupakan pengguna internet dan sisanya tidak.
Setiap sukarelawan diberi perlakuan scan otak ketika mereka melakukan pencarian web dan tugas membaca buku. Kedua jenis tugas tersebut menghasilkan bukti-bukti aktifitas yang signifikan dari otak dalam mengontrol bahasa, membaca, ingatan dan kemampuan visual. Meskipun, searching Web menghasilkan kegiatan tambahan yang signifikan di bagian terpisah dari otak yang mengontrol pengambilan keputusan dan Pemikiran kompleks, tetapi ini hanya pada orang-orang yang merupakan pengguna web/internet saja.
 Para peneliti mengatakan bahwa dibandingkan membaca biasa, internet meminta orang untuk memilih tentang apa yang harus diklik untuk mendapatkan informasi relevan. Namun, mereka menyatakan bahwa pendatang baru ke web belum memiliki strategi yang diperlukan untuk berhasil melakukan pencarian web/internet dengan sukses.
Profesor Smith berkata: “secara sederhana, tugas sehari-hari seperti searching di Internet dapat meningkatkan “Perputaran” kerja otak pada orang dewasa, dan menunjukkan bahwa otak kita adalah sensitif dan dapat terus belajar seperti kita tumbuh menjadi tua”.
Rebecca Wood, chief executive dari Alzheimer’s Research Trust, mengatakan: “Penelitian menarik ini melengkapi temuan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang usia paruh baya dan orang tua dapat mengurangi risiko kemandegan otak/akal (dementia) dengan mengambil bagian dalam kegiatan rutin aktifitas-aktifitas yang merangsang mental. Pengguna web/internet yang sering disebut, “silver surfers”, melakukan ini dengan baik. Frekuensi interaksi sosial, latihan teratur dan menjaga diet yang seimbang juga dapat mengurangi risiko kemandegan otak/akal (dementia)”.
Dr Susanne Sorensen, Head of Research at The Alzheimer’s Society, mengatakan: “searching menjadi pesan positif agar masyarakat tetap aktif, tetapi masih sangat sedikit bukti nyata bahwa menjaga otak dengan teka-teki, permainan atau kegiatan lainnya dapat mengembangkan kesehatan kognitif dan mengurangi risiko dementia”.


PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP OTAK
Siapa yang tidak suka bermain game, apalagi game online yang saat ini sedang digandrungi berbagai kalangan dari anak-anak sampai dewasa. Saya juga termasuk didalamnya. Seringkali saya  menemukan orang-orang yang menggunakan jasa warnet hanya untuk bermain game dan kebanyakan itu adalah dari kalangan anak-anak sekitar umuran SD kelas 3-6. Hal itu bukan masalah,namun seringkali bagi anak-anak usia seperti itu timbul sebuah rasa penasaran yang akhirnya timbul kecanduan bermain game.
Bermain game boleh-boleh saja malah dianjurkan untuk menghilangkan rasa penat. Hanya saja jika dalam porsi berlebihan akan timbul dampak negatif terutama bagi anak atau keponakan anda.Anak atau keponakan anda kecanduan bermain game di komputer? Hati-hati! Alih-alih ingin mengenalkan teknologi komputer sejak dini, yang didapat malah kerusakan otak. Hal   yang mengkuatirkan tersebut dinyatakan oleh Profesor Ryuta Kawashima dari Universitas Tohoku Jepang.
Seperti dikutip Strait Times, Rabu (29/8/2001), Ryuta menegaskan bahwa jika anak-anak dijejali aneka permainan komputer, maka lama-kelamaan akan terjadi kerusakan di sebagian otaknya.
Menurut Ryuta, game komputer hanya akan menstimulasi sebagian otak yang mengontrol fungsi penglihatan dan gerakan. “Bagian lain di otak yang juga punya fungsi penting tidak tersentuh sama sekali, sehingga tidak terbantu perkembangannya oleh game komputer tersebut,” lanjut Ryuta.
Jika terlalu banyak bermain game, menurut hasil penelitian Ryuta, maka bagian otak depan tidak akan berkembang. Bagian otak depan merupakan fungsi vital karena mengontrol perilaku dan emosi serta mengembangkan daya ingat dan proses pembelajaran. Bahkan stimulasi aritmatika juga terletak di bagian ini.
“Hal tersebut merupakan problem yang menimpa anak-anak di generasi baru saat ini. Anak-anak pada usia belajar yang terlalu banyak bermain game dan tidak melakukan hal lain semisal membaca dan belajar aritmatika, akan memiliki perilaku yang buruk dan semakin memburuk,” ujar dia.  Ditambahkan pula bawah problematika tersebut merupakan implikasi serius yang meningkatkan perilaku keji dalam sebuah kehidupan sosial.

Anak-anak terkadang bertindak sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, lantaran otak bagian depannya tidak berkembang sebagaimana mestinya,” papar dia. “Semakin banyak latihan dikenakan pada bagian tersebut, maka semakin mampu seorang anak mengontrol perilakunya.
Ryuta melakukan studi tersebut dengan memetakan aktifitas otak dari ratusan anak-anak yang lebih banyak bermain game Nintendo dibandingkan dengan ratusan anak-anak lain yang lebih banyak belajar aritmatika. Ditemukan fakta-fakta bahwa aktifitas otak lebih terstimulasi untuk memencahkan hitungan matematis sederhana ketimbang untuk bermain game komputer.

Pengaruh Game terhadap Kecerdasan Otak Kita

Mungkin pada zaman sekarang yang namanya game itu merupakan sesuatu yang lumrah atau boleh di bilang sesuatu yang biasa adanya, karena perkembangan dunia teknologi yang yang kian pesat dan kian maju menuntut kita untuk turut serta dan mau tidak mau kita juga harus mengikuti perkembangan dari teknologi itu sendiri, namun beberapa orang mempermasalahkan apakah game itu baik untuk perkembangan otak?
Seperti yang kita ketahui, game-game yang beredar sekarang ini menuntut kita untuk mengikuti alur cerita dengan menyelesaikan berbagai macam puzzle yang disajikan. Beberapa game atau permainan bahkan tidak bisa ditamatkan bila ada satu saja clue yang belum terselesaikan. Bagi yang tidak tertarik, memang permainan seperti ini sangat membosankan. Tapi di sisi lain game dapat membuat si pemain menjadi kecanduan sehingga terkadang melupakan semua rutinitas yang harus dia kerjakan,dan selain itu menurut fakta yang ada,game terkadang juga mempengaruhi sifat seseorang seperti pada kasus game smack down yang pernah terjadi di Indonesia yang menimbulkan korban jiwa.Hal ini kembali kepada unsur statis dalam teknologi yang ada dan belum sepenuhnya bersifat manusiawi.
Pengujian mengungkapkan meskipun game yang relatif lebih sederhana seperti game tetris dibandingkan dengan video game modern saat ini, namun dengan bermain secara reguler dapat meningkatkan kecerdasan otak pemain dan meningkatkan daya pikir. Penemuan tersebut dibuat setelah eksperimen melibatkan beberapa gadis remaja yang diminta untuk bermain tetris selama satu setengah jam selama tiga bulan. 
Hasil scan mengungkapkan perubahan struktural di beberapa bagian otak mereka yang berhubungan dengan gerakan, pemikiran kritis, penalaran, bahasa dan pengolahan,kata para peneliti dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh jurnal BMC Research.Pada suatu saat nanti jika Teknologi Informasi berkembang dengan pesat hal ini mungkin saja mampu menciptakan suatu dimensi interaksi sosial yang sempurna dan dapat menggantikan interaksi sosial di dunia nyata
0 Komentar untuk "Pengaruh dan dampak Game bagi Otak "