Anda termasuk salah satu gamer yang satu ini? Percaya atau tidak, sebuah game yang bisa dijadikan sebagai subsitusi tiba-tiba mengemuka di Steam. Benar sekali, kita membicarakan Paladins. Pantas atau tidak untuk dilirik? Impresi beta ini akan memberikan gambaran lebih dalam untuk Anda.
Jadi, Apa itu Paladins?
Paladins adalah sebuah game multiplayer team-based shooter dengan sedikit elemen RPG di dalamnya, atau mungkin Anda bisa sebut sebagai MOBA. Secara sederhana, ia menawarkan gameplay yang hampir serupa dengan apa yang ditawarkan Blizzard di Overwatch dengan hampir semua elemen yang akan terasa familiar bagi Anda. Beragam karakter dengan ragam kemampuan yang bisa digunakan untuk beragam peran harus dikombinasikan dalam permainan berbasis tim. Di atas permukaan, ia memang terlihat seperti sebuah klon “murahan” yang sekedar hendak meminjam popularitas saja, namun bagi mereka yang sudah mencicipinya,
Bagi Anda yang masih ragu, Paladins sendiri dikembangkan oleh Hi-Rez Studios yang kualitas kinerjanya sebenarnya sudah terbukti dengan game MOBA dari kacamata orang ketiga – SMITE. Di tengah persaingan yang didominasi oleh League of Legends dan DOTA 2, pesona unik yang ditawarkan Smite dengan kebijakanmicrotransactions yang sangat bisa ditoleransi menyelamatkannya dari nasib sebagian besar game MOBA lain yang “tewas” di usia muda.
Seperti halnya Overwatch juga, Paladins juga menitikberatkkan gameplay lebih pada sisi aksi daripada sisi MOBA-nya itu sendiri. Skill dibangun dengan deksripsi yang sederhana dan eksekusi yang tak butuh banyak pertimbangan selain waktu cooldown saja sebagai limitasi. Sebagian senjata juga didesain untuk melemparkan peluru ataupun jenis serangan tanpa memerhatikan recoil, sehingga flow pertempuran bergerak super cepat. Peran kelas memang terbagi menjadi Front Liner (Tanker), Flank (Ganker), Damager (Carry), dan Support (Healer), walaupun tak membuatnya terasa berbeda signifikan satu sama lain. Karakter support seperti sang tupai dengan senjata meriam besar – Pip misalnya, punya damage senjata yang besar dan efek serangan yang mematikan terlepas dari perannya yang tertulis sebagai “Support”. Peran seperti ini sepertinya ditetapkan semata-mata karena Pip punya satu skill ekstra untuk healing.
Lantas, bagaimana dengan mode permainannya sendiri? Untuk urusan yang satu ini, Paladins terhitung unik. Alih-alih memisahkannya ke dalam dua mode yang terpisah, mereka memutuskan untuk melebur dua mode terpisah – Assault dan Escort ke dalam satu mode permainan yang sama seperti halnya mode “Hybrid” dari Overwatch. Dimulai dengan Assault yang meminta Anda untuk menguasai satu area tertentu, tim yang menang akan memunculkan mobil yang harus dilindungi hingga ke tempat tujuan. Yang unik adalah sistem penilaiannya.
Setiap ronde akan bernilai dua poin dengan masing-masing objektif ini bernilai 1. Jika Anda berhasil memenangkan fase Assault dan Escort, tim Anda otomatis akan mendapatkan dua poin. Namun jika Anda hanya menyelesaikan satu dan satunya lagi berakhir gagal, maka skor akan berakhir 1-1. Tim yang pertama kali mendapatkan angka 4 terlebih dahulu akan keluar sebagai pemenang.
Salah satu tuduhan yang bahkan sampai memicu COO Hi-Rez untuk angkat bicara adalah bahwa Paladins merupakan klon dari Overwatch. Tuduhan ini memang terasa berdasar jika melihat desain karakter dan kombinasi skill yang muncul. Fernando – sang tanker punya shield besar untuk melindungi tim dari musuh ala Reinhardt dari Overwatch, Si mecha raksasa Ruckus harus berhenti bergerak untuk menembak seperti halnya D.Va, sementara karakter seperti Viktor menawarkan hampir semua yang Anda kenal dari Soldier 76. Tak sama persis, beberapa karakter terlihat seperti kombinasi dari beberapa karakter Overwatch yang melebur ke dalam satu karakter baru di Paladins.
Memang sulit untuk tidak melihat bahwa keduanya memang mirip. Sebagai game yang baru dirilis belakang, walaupun masih masuk masa beta, Paladins dilihat sebagai pihak yang berusaha menyontek formula kesuksesan Overwatch.
Namun, benarkah game ini memang merupakan klon mentah Overwatch? Jika Anda menyelaminya lebih dalam, tidak demikian adanya. Memang secara garis besar ia menawarkan gameplay serupa dengan basis karakter yang mirip, namun ada banyak elemen penunjang yang berhasil membuat Paladins punya identitasnya sendiri. Namun anehnya, jika Anda sempat bermain Overwatch sebelum beralih ke Paladins, Anda juga akan mengembangkan apresiasi tersendiri terhadap beragam konsep revolusioner yang disuntikkan Blizzard di Overwatch. Sesuatu yang tak pernah Anda sadari sebelum bermain Paladins ini.
Sebagai contoh? Paladins memutuskan untuk mempertahankan skor Death – Kill – Assist dan tak seperti Overwatch yang menghilangkannya. Hasilnya? Walaupun tak bisa dipukul rata, namun Anda akan seringkali bertemu dengan anggota tim yang hadir dengan satu tujuan utama – membunuh dan mencapai skor tersebut setinggi-tingginya. Hasilnya? Alih-alih bergerak sebagai satu kesatuan dan bekerja sama untuk menyelesaikan objektif yang ada, permainan biasanya berakhir dengan ego individu masing-masing yang lebih menonjol. Tak hanya itu saja, apresiasi peran lewat halaman status setelah akhir pertandingan juga seringkali berakhir “absurd”.
Seperti yang kami bicarakan tadi, status karakter seperti Pip yang terkadang justru lebih menonjol dari sisi damage terkadang membuat kami bertanya soal efektivitas pembagian peran masing-masing karakter yang ada. Di Overwatch, adalah sebuah kondisi yang sangat istimewa untuk melihat karakter seperti Mercy menjadi yang terbaik di sisi angka damage yang dilemparkan ke musuh. Berita buruknya? Anda tak diperkenankan untuk mengganti karakter di tengah permainan, sehingga mustahil untuk membalikkan keadaan untuk sebuah pertempuran yang jelas didominasi oleh satu pihak.
Sistem lain yang juga berbeda adalah hadirnya sistem item dan kartu. Benar sekali, Paladins punya elemen MOBA yang sedikit lebih kental. Bergantung pada aksi Anda selama pertempuran, dari sekedar membantu menyelesaikan objektif atau bahkan membunuh musuh, Anda akan mendapatkan mata uang dalam jumlah tertentu. Anda bisa menggunakan mata uang ini untuk membeli empat varian item yang masing-masing darinya, dibagi menjadi empat lagi dengan fungsi masing-masing.
Empat kategori tersebut adalah: Defense, Utility, Healing, dan Attack. Dengan hanya empat slot untuk masing-masing karakter, Anda hanya bisa memilih satu item dari tiap kategori untuk dipasangkan ke karakter Anda. Anda misalnya, tak akan bisa memasang dua buah item dari kategori Attack, terlepas dari berapa besarpun jumlah uang yang Anda miliki.
Paladins juga menyuntikkan sistem regenerasi ala game-game shooter mainstream saat ini untuk tiap karakter yang ada. Sebuah bar kecil berwarna hijau akan bersifat sebagai “cooldown” yang menjadi indikator apakah Anda berada dalam posisi idle ataukah masuk ke dalam pertempuran aktif. Begitu bar hijau ini kosong dan Anda “dihitung” masuk ke dalam posisi idle, proses regenerasi health akan terjadi begitu cepat. Dengan demikian, Anda tak perlu bolak-balik ke markas atau berburu peti health untuk memulihkan diri, membuat jalannya pertempuran di Paladins bisa berakhir lebih cepat. Sebagai kompensasinya? Skill beberapa karakter didesain untuk “mengganggu” sedikit kemampuan healing dan regenerasi tersebut.
Lantas, mengapa kami menyebut bahwa Paladins membuat kami lebih mengapresiasi Overwatch lebih baik? Tak hanya soal sistem skor yang di mata kami, berkontribusi negatif untuk genre seperti ini, Blizzard terhitung berhasil menyuntikkan desain pertempuran dan “nyawa” yang luar biasa untuk tiap karakter yang mereka tawarkan. Setiap karakter memang punya skill berbeda, namun dari kepribadian, mereka juga tak serupa satu sama lain. Sementara dari Paladins? Viktor, Ruckus, hingga Cassie sekalipun tak punya kepribadian atau voice acting yang cukup unik untuk membuat Anda jatuh hati dengan setiap dari mereka. Minimnya latar belakang cerita untuk membangun sedikit basis pemahaman soal apa yang terjadi di dunia Paladins juga membuat setiap tempat yang Anda singgahi, setiap karakter yang Anda gunakan, setiap senjata yang Anda tembakkan, tak terasa punya makna yang signifikan.
Namun perbedaan yang paling esensial antara Overwatch dan Paladins? Tentu saja, sistem pembayarannya. Paladins adalah sebuah game free to play!
Berita baiknya, Hi-Rez sepertinya punya pengalaman cukup matang untuk menangani game free to play, seperti yang mereka terapkan pada SMITE yang sejauh ini bisa dibilang, bebas kritik. Sebagai game free to play, Paladins bisa Anda unduh secara cuma-cuma via Steam dengan keharusan untuk memiliki akun Hi-Rez itu sendiri. Berita baiknya? Kebutuhan spesifikasi PC-nya sendiri juga tak terhitung berat, dengan ukuran unduhan di awal yang masih berada di kisaran 2 GB-an lebih, ukuran yang bisa dibilang kecil.
Eksekusi konsep free to play Paladins saat ini masih berada dalam status yang rasional. Bahwa memang ada kesempatan untuk membeli mata uang khusus dengan menggunakan uang asli yang bisa dialihkan untuk membeli beragam item digital secara instan, namun tak jadi keharusan. Seiring dengan frekuensi bermain yang ada,
Anda bisa menggunakan mata uang yang mudah didapatkan dari in-game lewat proses grinding untuk membeli sebagian besar item tersebut. Anda bisa mendapatkan karakter-karakter hero baru, kosmetik, hingga Card yang berperan sebagai buff permanen yang harus Anda tentukan dari awal. Untuk sementara ini, apapun yang Anda beli, berapa banyak pun uang asli yang Anda gelontorkan tak akan otomatis membuat kesempatan menang Anda tiba-tiba juga ikut naik signifikan. Microtransactions menawarkan satu hal – opsi.
Namun untuk saat ini, mengingat statusnya yang menyandang nama “Beta” di dalamnya, Hi-Rez harus diakui masih belum menawarkan konten digital yang bisa dibilang menggoda untuk menarik keluar uang dari dompet Anda. Variasi kosmetik yang ditawarkan masih begitu minim dengan perbedaan yang menonjol sekedar di varian warna atau ekstra kosmetik kecil yang bahkan tak akan Anda perhatikan saat pertempuran berjalan begitu cepat. Masa beta juga membuat pilihan hero saat ini terbatas dan proses balancing yang butuh tweak di sana-sini. Jika Hi-Rez memang ingin membuat dinamika kelas dan peran spesifik tiap karakter menentukan jalannya pertempuran dan membuatnya sedikit lebih kompleks, maka game ini butuh proses balancing yang serius. Mengapa? Karena tim yang dibangun tanpa tanker / support saat ini tetap punya kesempatan menang, bahkan mendominasi.
Kami sendiri sangat merekomendasikannya. Walaupun masa “Beta” berarti konten yang masih minim, variasi hero yang terbatas, dan server yang masih terhitung tak stabil, namun Hi-Rez sudah membangun sebuah pondasi solid yang hanya butuh disempurnakan dengan lebih banyak konten di masa depan. Statusnya sebagai game free to play juga diracik dengan cukup baik, dengan memastikan bahwa Anda tetap bisa menikmati game ini secara optimal tanpa perlu mengeluarkan uang sepeserpun, selama Anda tak berkeberatan dengan proses grinding yang ada. Pertempuran selalu berjalan cepat, intens, dan cukup untuk membuat adrenalin Anda berpacu kuat terutama lewat ragam situasi genting yang anehnya, seringkali muncul lewat desain mode yang ia tawarkan.
Maka tak ada impresi yang lebih tepat bagi Paladins selain menyebutnya sebagai sebuah game Overwatch alternatif untuk gamer kere. Dengan harga Overwatch saat ini, bukan sesuatu yang aneh jika banyak gamer yang berakhir tak bisa membelinya. Jika Anda termasuk salah satu yang masuk ke dalam kategori ini,
Paladins akan memenuhi apa yang Anda butuhkan. Setidaknya untuk menangkap atmosfer dan sensasi gameplay seperti apa yang ia terapkan. Paladins dan Overwatch saat ini memang terasa mirip, namun dengan ruang yang masih terbuka lebar untuk berkembang lewat ragam kosmetik dan karakter baru yang bisa mereka kembangkan, bukan tak mungkin Paladins akan punya tingkat popularitas yang serupa di akhir. Satu hal lain yang perlu dicatat adalah absennya server untuk region SEA. Server terdekat yang bisa Anda gunakan saat ini adalah Australia, yang tentu saja, membutuhkan koneksi yang tak hanya cepat tetapi juga stabil untuk dinikmati.
Anda bisa mengunduh Paladins secara cuma-cuma via Steam.